Pages

Jumat, 26 September 2014

Kisahku Bersama UMMATI



Kehidupan kampusku tidak akan membosankan.

Kehidupanku di kota pelajar ini akan lebih bermakna.

Kehidupanku akan lebih berwarna.

Dan disinilah aku memulainya.

Semua berawal di bulan September 2013. Ketika hiruk pikuk mahasiswa baru mulai mewarnai gedung yang terletak di salah satu sudut Universitas Gadjah Mada. Aktivitas perkuliahan mulai menyapa hari – hari maba(mahasiswa baru). Banyak diantara maba yang masih menyesuaikan diri dengan kehidupan kampus yang sama sekali berbeda dengan masa SMA. Tak heran jika dalam beberapa minggu setelah aktivitas perkuliahan dimulai masih terdengar sapaan perkenalan. Beberapa telah membentuk kelompoknya sendiri. Sisanya masih mencari – cari sosok teman yang mungkin akan menjadi teman yang tak terpisahkan.

Bagaimana denganku?

Ini adalah tantangan berat bagiku. Aku terlanjur menyadari bahwa aku bukan orang yang mudah beradaptasi di lingkungan baru. Jadi aku tidak heran ketika aku selalu berjalan sendiri di kampus selama hampir satu minggu. Bukannya aku tidak kenalan dengan teman – teman sekelas, hanya saja ketika sehabis kenalan maka hanya itu yang terjadi. Aku bukan orang yang pandai mengobrol. Ada sedikit perasaan iri dengan Alfi, teman sekamarku di asrama yang begitu mudah akrab dengan orang lain bahkan yang baru dikenal sekalipun. Tipe orang yang supel.

Aku masih ingat saat itu aku berdoa kepada Tuhan, semoga aku segera mendapatkan teman dekat di kampus biar aku nggak kemana – mana sendiri. Dan alhamdulillah besoknya Tuhan mengabulkan doaku. Seorang gadis asal Lamongan bernama Nilda. Entah kenapa aku baru menyadari kalau kami selama ini sekelas haha…Entah kenapa kami pun jadi dekat. Pergi ke kampus bareng, pulang bareng, kemana – mana bareng. Meski dia agak usil kadang – kadang, tapi dia baik dan nggak sombong.

Lalu suatu hari kami dapat SMS dari Ummati. Isinya menginformasikan tentang kajian yang akan diadakan pada Kamis sore. Karena dari ospek emang aku udah niat mau ikut Ummati, jadi aku berencana dateng sekalian mau kepo – kepo. Tak lupa aku ajak teman baruku juga, dan Nilda dengan senang hati setuju.

Maka disanalah kami. Sehabis sholat ashar di depan mushola. Dengan langkah malu – malu dan canggung menerima setiap jabatan tangan dan salam dari ukhti – ukhti yang ramah. Sungguh sambutan yang hangat. Disanalah aku pertama kali mengenal mba Lala, yang menjadi Kadept ku saat ini. Sesuai niat awal, aku pun mulai kepo – kepo tentang kegiatan ummati sama mba Lala. Aku masih ingat bagaimana mba Lala begitu senang katika aku bilang ingin daftar departemen media, hehe.

Lalu beberapa minggu kemudian ketika ada pengumuman oprec ummati aku pun dengan mantap mengambil formulir. Pilihan satu udah pasti Media Ummati, soalnya emang pengen belajar jurnalistik juga si. Pilihan kedua Foreks. Beberapa waktu kemudian pengumuman diterima terpajang. Dan…yes, aku diterima di departemen Media :D

Waktu terus berjalan. Kuliah tetep berjalan dengan lancar seperti biasa. Kajian ba’da ashar setiap kamis masih kuikuti. Lalu aku mulai mengenal beberapa kakak – kakak ummati akhwat dan teman – teman 2013 yang juga mendaftar ummati. Lalu aku juga mulai mengenal teman – teman satu departemen, mas Rega, mas Ardyan, mba Dyan, mba Nisa, mas Bondan, mas Ucup, mba Ulfa,mas Wafi, mas Anggar, Aci dan Ciciek, dan tentu juga mba Lala. Aku sangat senang ketika disini aku diberi kesempatan untuk pertama kalinya dalam membuat U-Magz. Aku dengan dibantu mba Dyan membuat bagian riset. Ini pengalaman baru buatku, dan aku sangat antusias. Akhirnya dengan perjuangan keras U-Magz edisi 1 tahun 2013 terbit. Aku tak berhenti senyum – senyum ketika tulisanku terpajang manis disana, lengkap dengan namaku. Ini pertama kalinya, tulisanku dicetak dalam bentuk majalah hehe…walaupun masih majalah kampus.

Tidak berapa lama ada Ta’um(Ta’aruf Ummati). Disini jadi kenal sama teman – teman ummati yang lain. Disinilah tali kasih bernama ukhuwah mulai terajut dengan manis.
Lalu kabar buruk itu datang. Setelah libur idhul adha, sahabat pertamaku Nilda mengatakan kalau dia nggak bisa ngelanjutin kuliah di UGM lagi. Aku jelas kaget, karena kegiatan kuliah baru seumur jagung dan dia tiba – tiba akan berhenti. Setelah mendengar penjelasannya aku pun hanya bisa berdoa semoga ini memang jalan terbaik yang dia pilih.

Dan kehidupan kampusku terus berlanjut. Sudah tidak sesepi sebelumnya karena aku mulai mengenal banyak teman. Aku juga mulai belajar organisasi di ummati sedikit demi sedikit. Selain itu aku juga mulai tau bagaimana seharusnya muslimah berpakaian, alasan kenapa muslimah dianjurkan pakai rok(dulu masih suka pake celana jeans :p), lalu cara menutup aurat yang baik dan benar, dan banyak lagi. Intinya aku jadi tau banyak hal yang selama ini aku anggap sepele.
Suatu hari di bulan Desember aku di SMS buat ikut rapat membahas Rabes. Walaupun aku sebelumnya nggak tau apa itu Rabes akhirnya aku tetep dateng. Dan voilaaa…aku diberi amanah jadi panitia Rabes sebagai koor konsumsi. Awalnya rada bingung soalnya aku kan belum pernah terlibat dalam kepanitiaan sebelumnya. Tapi ya udah, dicoba aja dulu. Disinilah aku memulai, untuk pertamakalinya dalam sebuah kepanitiaan.

Dari sini rasa percaya diriku mulai tumbuh. Aku merasa dihargai dan dibutuhkan. Dan aku bertekad kalau aku akan bekerja dengan baik dan tidak akan mengecewakan mereka. Dengan dibimbing mba Panti selaku SC aku pun mulai mengerjakan amanah ini. Aku mulai belajar mengorganisir tugas dengan teman – teman yang lain, belajar menyusun timeline, dan pastinya ngomong. Karena sebagai koor otomatis jadi juru bicara di setiap rapat.

Semua berjalan lancar. Konsumsi tidak kurang, anggaran juga sesuai. Mungkin masih ada beberapa kekurangan sedikit, tapi itu wajarlah kan baru pertama hehe…
Setelahnya aku semakin mantap untuk melangkah bersama Ummati. Berbagai kegiatan membuat ikatan ukhuwah semakin terjalin erat. Aku mulai nyaman disini, bersama mereka.

Disini aku belajar untuk semakin dekat dengan Sang Pencipta.

Disini aku belajar organisasi.

Disini aku belajar menjaga amanah.

Disini aku belajar membuat hidup lebih bermakna.

Disini aku merasa berharga.

Dan disini aku merasa seperti menemukan sebuah….keluarga. :D


NB: ngggg...lagi - lagi curhat yah? hehe, the next post mungkin "Kisahku Bersma Kopma UGM". Ada yang mau nungguin? enggak juga gak papa sih :3

Setiap Orang Punya Kisah Sendiri

Sekilas tadi dengerin curhat mba kos tentang masa kecilnya dulu. Mungkin lebih tepatnya nguping secara tidak sengaja. Tapi dengan volume yang senyaring itu mau nggak mau cerita itu juga tertangkap organ pendengaranku.

Mendengar curhat singkatnya tadi aku jadi memikirkan masa kecilku yang kisahnya kurang lebih sama. Dari sana aku mulai berpikir dan menyadari satu hal. Setiap orang punya kisah sendiri.
Mungkin jarang terpikirkan oleh kita  ketika sedang bersama dengan orang lain, bagaimana masa lalu dia? Kepahitan apa yang pernah dirasakannya?. Bahkan terkadang kita tidak pernah mengira bahwa orang yang selama ini terlihat ceria, tegar, dan seolah selalu bahagia juga menyimpan kisah kelam dimasa lalu.

Memang sih kebanyakan orang pasti ingin menyimpan kisah masa lalunya untuk sendiri, tidak untuk diumbar. Tapi ketika mendengar kisah orang lain mau tak mau juga mengingatkan kita akan kisah kita sendiri.


Pada dasarnya setiap orang memiliki kisah yang berbeda – beda. Dan dampaknya terhadap hidup mereka pun berbeda. Tapi maksud yang ingin disampaikan oleh Tuhan sama. Sebagai pelajaran.

Bagaimana

Setelah membaca sebuah blog dari seorang kakak senior yang sudah sukses disini.
Jadi teringat perbincanganku pertama kali dengannya yang sampai saat ini masih membekas di pikiranku.
Aku mulai berpikir.
Bagaimana rasanya berjalan sendiri? 
Bagaimana rasanya melangkah tanpa mengikuti orang lain?
Bagaimana rasanya menyusuri jalan hidup dengan mengikuti kehendak hati?

Senin, 01 September 2014

Sahabat UMMATI

       Akhir – akhir ini lagi seneng ngepost di blog setelah sebelumnya absen entah kemana. Mungkin karena semua perasaan selama ini cuma numpuk di pikiran jadi begitu ada mood nulis pengennya ditumpahin semua ke sini.

       Sekarang aku udah semester tiga. Artinya aku udah bukan maba lagi karena udah ada adik – adik tingkat saya yang kini mulai ‘bergentayangan’ di kampus. Wajah – wajah baru yang tidak familiar semakin sering ditemui di sekitar kampus.
Aku lalu melihat ke belakang. Ternyata sudah satu tahun saya disini. Di kampus ini, di kota gudeg ini, dengan berbekal doa dan restu dari orang tua untuk menuntut ilmu di kampus ini. Dalam kurun waktu satu tahun ini, apa saja yang telah aku lakukan? Apa saja perubahan yang telah terjadi?

       Satu tahun bukan waktu yang lama. Namun banyak kenangan yang telah terukir dalam waktu satu tahun ini. Senang rasanya bisa melalui satu tahun ini dengan lancar. Namun ketika menyadari waktu satu tahun itu maka aku juga menyadari satu hal. Ada yang datang, dan ada yang pergi. Ada pertemuan, dan ada perpisahan.

       Satu tahun lalu, ketika status maba masih melekat, ketika euphoria ospek masih terasa, aku bertemu dengan mereka. Mereka yang menyambutku dengan senyuman dan sapaan ramah. Rasa hangat seketika menjalar di sanubari ketika wajah – wajah teduh itu menyambutku. Tidak ada rasa takut, malu, atau tidak nyaman sebagaimana yang biasanya kurasakan ketika berada di lingkungan baru. Saat itu aku berpikir, rasanya aku ingin selalu berada disini, diantara mereka. Hingga akhirnya akupun memutuskan untuk menjadi bagian dari mereka.

       Waktu terus berlalu, hari demi hari, bulan demi bulan, aku mulai hanyut dalam kegiatan perkuliahan. Terkadang rasa jenuh, lelah, putus asa menggodaku untuk menyerah dan berhenti. Namun ketika berkumpul dengan mereka, aku menemukan kekuatanku kembali, aku mulai mengerti alasan aku harus tetap bertahan. Mereka tidak hanya mengajarkanku tentang agama, tapi mereka juga mengajarkanku akan indahnya sebuah persaudaraan yang dilandasi dengan cinta kepada Illahi. Dari sinilah aku mulai memperbaiki niat dan tujuanku. Tak hanya itu, aku pun mulai belajar memahami hakikat hidup yang sesunggunya. Mereka adalah…sahabat – sahabatku UMMATI.

       Mereka adalah orang – orang yang menginspirasiku. Berkat merekalah kepercayaan diriku perlahan mulai tumbuh. Bersama dengan mereka aku merasa berharga. Dan aku merasa bersyukur karena Allah mempertemukanku dengan mereka.

       Selama satu tahun ini banyak kisah yang terukir, banyak emosi yang muncul, tangis dan tawa, senang dan sedih, kecewa dan bangga, semua terpajang dalam bingkai waktu setahun ini. Kajian ba’da ashar di lantai dua yang meski kadang hanya dihadiri anak Ummati, tapi tidak menyurutkan langkah kita untuk terus menebarkan kebaikan di kampus kita.


 Buka puasa bersama, meski dengan menu sederhana namun terasa nikmat karena kebersamaan yang tercipta. 


Wajah – wajah ceria ketika forga.




 Jatuh bangun ketika menjadi panitia SURAU yang terbayar ketika melihat wajah – wajah cerah ini. 





Serunya ketika masak –masak di parkiran kampus. 



Kegiatan ILT yang membuat ukhuwah ini terjalin semakin erat. 



Kunjungan ke panti asuhan Daarut Taqwa. 




       Waktu kita untuk menempuh pendidikan di kampus ini memang tidak panjang. Hanya tiga tahun. Dan mungkin tidak sampai setahun, kalian kakak – kakak yang selama ini telah membimbing kami akan lulus. Periode kepemimpinan akan berganti. Entahlah, aku tidak bisa membayangkan jika tak ada kalian lagi. karena kebersamaan ini sudah seperti keluarga. Pasti…akan kangen sekaliiii…


       Tapi ya seperti yang selalu kalian katakan, semoga setiap pertemuan dan perpisahan yang terjadi atas ridho Allah. Dan, nantinya jikapun harus berpisah semoga dipertemukan  lagi di syurga. Aamiin…